Perjuangan dalam menuntut ilmu

by : M.Mudrik Bahraini

Seiring banyak munculnya para pengajar,guru ( baca:ustadz ) yang menyajikan kajian ilmu di berbagai media online atau media informasi yang lain adalah sebuah cermin khazanah ilmu yang tak bertepi yang bisa kita ambil kemanfaatannya.



Akan tetapi,tidak sedikit pula para ustadz tersebut tidak menguasai ilmu yang di ajarkannya. Walhasil,ilmu asbun ( asal bunyi ) lah yang keluar dari mereka. Seorang ustadz yang terlanjur menjadikan dirinya seorang panutan dalam hal keilmuan seharusnya menguasai materi yang di ajarkannya itu. Agar para pencari ilmu,santri,pelajar yang belajar darinya mendapatkan ilmu yang shohih dan bersanad dari gurunya hingga Rasululloh saw yang beliau bersumber dari Alloh swt. Mereka para ustadz ( baca : ustadz wahabi salafi ) yang memaksakan dirinya tampil di berbagai media di yakini adalah seorang yang secara instan belajar dari entah dimana dan apa bahan rujukan yang di ambilnya. Padahal  seorang alim (ahli ilmu) bukanlah yang dengan mudah dan cepat menguasai ilmunya,akan tetapi mereka dengan penuh perjuangan dan pengorbanan belajar ( ngaji ) dari para kiyai atau guru yang alim pula.
Nah,agar kita semua tidak tersesat dalam terjal dan likunya menempuh perjalanan mencari ilmu, maka alangkah baiknya kita simak syarat-syarat untuk mendapatkan ilmu sesui dengan keterangan kitab Ta’lim Al-Muta’allim karya Syaikh Az-Zarnuji
 
Hal pertama yang harus dimiliki dan dilakukan oleh Pencari Ilmu adalah niat yang sungguh-sungguh mengharapkan Ridha Allah Subhanahu waTa’ala, untuk menggapai kebahagiaan akhirat, membasmi kebodohan bagi dirinya dan kebodohan orang-orang disekitarnya, menghidupkan agama, dan untuk menjaga keberlangsungan (kekekalan) agama.
Selain niat, Pencari Ilmu juga harus memiliki 6 (enam) hal sebagai modal dalam mencari ilmu.
Mengenai hal ini, Syaikh Az-Zarnuji di dalam kitabnya tersebut menuliskan sebuah syair dari Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. dua bait syair itu berbunyi:
 
اَلاَلاَتَÙ†َــــالُ الْعِـــلْÙ…َ اِلاَّبِســــــِتَّØ©ٍ ۞ سَØ£ُÙ†ْبِÙŠْÙƒَ عَÙ†ْ Ù…َجْÙ…ُÙˆْعِÙ‡َا بِبَÙŠَانٍ
ذكَاء ÙˆَØ­ِرْصٍ ÙˆَاصْØ·ِبَارٍ ÙˆَبُÙ„ْغَØ©ٍ ۞ ÙˆَاِرْØ´َادُ اُسْتَاذٍ ÙˆَØ·ُÙˆْÙ„ِ زَÙ…َا Ù†
Artinya: “Ingatlah! Engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan memenuhi enam syarat. Saya akan beritahukan keseluruhannya secara rinci. Yaitu: Kecerdasan,  kemauan,  sabar,  biaya, bimbingan guru dan waktu yang lama.”
 
1. Kecerdasan
Ulama membagi kecerdasan menjadi dua yaitu: yang pertama, muhibatun minallah (kecerdasan yang diberikan oleh Allah). Contoh, Seseorang yang memiliki hafalan yang kuat.
Yang kedua adalah kecerdasan yang didapat dengan usaha (muktasab) misalnya dengan cara mencatat, mengulang materi yang diajarkan, berdiskusi dll.


2. Kemauan yang kuat atau bersungguh-sungguh
Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkan kesuksesan. Begitu pula dalam menuntut ilmu, kesungguhan adalah salah satu modal untuk menguasai ilmu yang sedang kita pelajari.


3. Kesabaran
dalam menuntut ilmu dibutuhkan kesabaran, sabar dalam belajar, sabar dalam diuji, sabar dalam segala hal yang kita alami dalam proses menuntut ilmu, sabar dalam menjalani hukuman sekalipun jika ada.


4. Biaya
Dalam menuntut ilmu tentu butuh biaya (bekal), tidak mungkin menuntut ilmu tanpa biaya (bekal). Contoh para imam, Imam Malik menjual salah satu kayu penopang atap rumahnya untuk menuntut ilmu.


5. Bimbingan Guru
Salah satu hal yang paling penting dalam menuntut ilmu adalah bimbingan dari seorang guru. Terlebih belajar ilmu agama Islam, haruslah sesuai dengan bimbingan guru. Belajar agama Islam janganlah secara otodidak semata, karena akan menjadi bahaya jika salah memahami suatu teks ayat atau hadits.
Dikarenakan begitu pentingnya bimbingan guru, maka kita haruslah menghormati dan memuliakan guru. Hal ini semata-mata untuk mendapatkan ridha guru yang pada akhirnya akan mengantarkan kita kepada Allah.


6. Waktu Yang Lama
Dalam menuntut ilmu butuh waktu yang lama. Tidak mungkin didapatkan hanya dalam hitungan hari dan bulan saja.
Imam Al-Qadhi ditanya: “Sampai kapan seseorang harus menuntut ilmu?” Beliau menjawab: ”Sampai ia meninggal dan ikut tertuang tempat tintanya ke liang kubur.”
 
Semoga kita mampu memahami dan menjalani syarat menuntut ilmu dari Imam Ali bin Abi Thalib Radhiyallaahu ‘Anhu tersebut.


Jangan pernah patah semangat, wabil khusus untuk para pelajar Madrasah Muallimin Muallimat Rembang, yakinlah madrasah ini di dirikan oleh para sesepuh ulama yang bersanad kepada Rasululloh saw. Semoga kita semua di berikan ridho,berkah,manfaat oleh Alloh swt. Amin.



Posting Komentar

0 Komentar